nusakini.com--Penguatan keluarga melalui peningkatan peran perempuan sebagai ibu merupakan kata kunci dalam upaya penanggulangan bahaya narkoba dan pornografi. Hal ini disampaikan Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama Trisna Willy ketika memberikan keynote speech dalam Seminar Peran Perempuan dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba dan Pornografi, di Jakarta. 

Di hadapan 300 orang peserta yang terdiri dari ibu-ibu pengurus dan anggota ormas-ormas Islam dan majelis taklim di Jakarta, Trisna Willy menyampaikan bahwa para perempuan yang bergelut sebagai tokoh agama, ustadzah, aktivis LSM, dan majelis taklim diharapkan dapat berkontribusi dalam penanggulangan bahaya narkoba dan pornografi.  

"Penyampaian pesan-pesan positif dari mimbar pengajian dari masjid, mushalla, dan majelis taklim menjadi wahana yang tidak kalah penting untuk mendukung suksesnya tugas ibu di keluarga," ujarnya, Selasa (21/11).  

"Kerja sama yang intensif di antara kita untuk menanggulangi narkoba dan pornografi merupakan kewajiban yang harus dituntaskan. Tidak bisa kita hanya sendiri-sendiri karena hasilnya pasti tidak akan efektif dan efisien. Menjadi tugas kita bersama agar kerjasama itu menjadi patron kita bersama," imbuhnya. 

Menurut Trisna tema seminar yang diangkat kali ini penting dan strategis. Trisna memaparkan dua alasan, yakni: Pertama, narkoba dan pornografi merupakan dua masalah sosial yang saat ini telah pada situasi dan kondisi yang bersifat darurat.  

"Darurat merupakan situasi dan kondisi yang sangat membahayakan atau mengancam eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dalam kerangka maqashid al-syari’ah, narkoba dan pornografi membahayakan dan mengancam eksistensi agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan yang terkait dengan manusia," ujarnya dalam seminar yang digagas oleh Bimas Islam Kementerian Agama 

Terlebih, bukti medis mengungkapkan, kecanduan terhadap narkoba dan pornografi dapat merusak sistem saraf manusia yang berpusat pada otak. Maka ketika otak manusia sudah rusak terinfeksi racun narkoba dan pornografi, sikap dan tingkah laku manusia pun akan cenderung negatif. 

"Dampak paling nyata dari narkoba adalah daya nalar yang berkurang dan melemahnya daya tahan fisik. Akibatnya, turun daya intelektualnya, kreativitasnya, cenderung antisosial, dan memicu keinginan untuk melakukan tindakan kriminal untuk memenuhi kebutuhan terhadap narkoba," imbuhnya. 

Trisna menambahkan, tidak kalah dahsyatnya dengan narkoba, kecanduan pornografi juga akan melemahkan fokus seseorang terhadap hal-hal yang sifatnya positif. Akibatnya, dia cenderung melanggar norma agama dan kesusilaan. "Bahaya pornografi sangat jelas tetapi terkadang kita tidak menyadarinya atau kerap menganggapnya sebagai masalah sosial biasa saja. Padahal dampaknya sangat merusak," tuturnya. 

Oleh karena begitu berbahayanya narkoba dan pornografi bagi eksistensi manusia dan kemanusiaan, Trisna memandang upaya penanggulangannya perlu disiapkan dan dilaksanakan secara serius. "Upaya itu perlu dilakukan oleh banyak pihak dan banyak cara dan strategi. Penanggulangan narkoba dan pornografi tidak bisa bersifat tunggal, tapi perlu komprehensif dan sistematis," ujarnya. 

Trisna juga menyerukan kepada para perempuan yang saat ini diberikan kepercayaan untuk mengemban jabatan-jabatan publik baik di parlemen atau pemerintahan dapat mendorong pembentukan peraturan perundang-undangan yang responsif terhadap penguatan keluarga. 

Tampak hadir dalam seminar ini, Dirjen Bimas Islam Muhamadiyah Amin, Sesditjen Bimas Islam Tarmizi Tohor, Ketua DWP Indah Nur Syam beserta pengurus dan anggota DWP Kemenag Pusat. (p/ab)